Uncategorized

Dilempar Pisang, Teriakan Monyet, hingga Dikeluarkan dari Pesawat

×

Dilempar Pisang, Teriakan Monyet, hingga Dikeluarkan dari Pesawat

Sebarkan artikel ini


loading…

Momen 3 Atlet Top Dunia Diperlakukan Rasis: Dilempar Pisang, Teriakan Monyet, hingga Dikeluarkan dari Pesawat

Rasisme dalam dunia olahraga terus menjadi isu besar, menimpa sejumlah atlet ternama di berbagai ajang. Mereka mengalami berbagai kejadian tidak enak, mulai dari dilempari pisang saat bertanding, diteraki monyet, hingga diusir dari pesawat.

Berikut 3 momen paling diingat seputar perlakuan rasis yang menimpa bintang olahraga dunia:

1. Dani Alves Dilempar Pisang

Salah satu insiden terkenal menimpa Dani Alves, bek asal Brasil, saat membela Barcelona melawan Villarreal pada 27 April 2014. Ketika hendak melakukan tendangan sudut, sebuah pisang dilemparkan ke arahnya dari tribune. Tanpa emosi, Alves mengambil pisang itu, mengupas, dan memakannya sebelum melanjutkan permainan. Aksi ini dipuji banyak pihak, termasuk legenda sepak bola Inggris Gary Lineker, yang menyebutnya sebagai respons elegan melawan rasisme. Sayangnya, insiden semacam ini telah dialami Alves berulang kali selama kariernya di Spanyol.

2. Romelu Lukaku Diteriaki Monyet

Momen 3 Atlet Top Dunia Diperlakukan Rasis: Dilempar Pisang, Teriakan Monyet, hingga Dikeluarkan dari Pesawat

Pelecehan serupa dialami penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku, dalam pertandingan semifinal Coppa Italia melawan Juventus pada 5 April 2023. Saat laga berlangsung di Stadion Allianz, Lukaku menjadi sasaran teriakan monyet dari tribun penonton. Insiden ini bukan pertama kalinya terjadi, mengingat Lukaku pernah mengalami hal serupa pada 2019. Menanggapi pelecehan ini, Lukaku dengan tegas meminta Serie A dan otoritas sepak bola mengambil langkah konkret untuk menghentikan tindakan rasisme. “Permainan indah ini harus dinikmati semua orang,” tegas Lukaku melalui media sosial.

Kasus Lukaku mengundang reaksi dari berbagai pihak. Inter Milan mengeluarkan pernyataan solidaritas, menegaskan bahwa klub menolak segala bentuk diskriminasi. Juventus, sebagai tuan rumah, berjanji bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mengidentifikasi pelaku rasisme. Namun, insiden ini menyoroti lemahnya tindakan preventif di lingkungan stadion, yang seharusnya menjadi tempat inklusif bagi semua kalangan.

3. Khabib Nurmagomedov Diusir dari Pesawat

Momen 3 Atlet Top Dunia Diperlakukan Rasis: Dilempar Pisang, Teriakan Monyet, hingga Dikeluarkan dari Pesawat

Rasisme di dunia olahraga tidak hanya terjadi di lapangan, tetapi juga di luar arena pertandingan. Mantan juara UFC, Khabib Nurmagomedov, menjadi korban diskriminasi dalam penerbangan Frontier Airlines pada 11 Januari 2025. Saat itu, Khabib diminta pindah dari kursi di baris pintu keluar darurat dengan alasan keamanan, meskipun telah menjelaskan bahwa ia mampu berbahasa Inggris dengan baik dan memenuhi kualifikasi. Khabib merasa keputusan tersebut tidak adil dan bernuansa diskriminatif.

Insiden Khabib menjadi viral setelah rekaman video yang menunjukkan perdebatan dengan kru maskapai tersebar luas di media sosial. Meski kecewa, Khabib tetap menunjukkan sikap tenang selama kejadian berlangsung. Insiden ini memicu diskusi publik mengenai diskriminasi yang masih kerap dialami individu dengan latar belakang tertentu, termasuk Muslim. Hingga kini, Frontier Airlines belum memberikan tanggapan resmi terkait kasus tersebut.

Rentetan kasus rasisme yang menimpa Alves, Lukaku, dan Khabib menggambarkan tantangan besar yang masih dihadapi dunia olahraga. Rasisme tidak hanya melukai para atlet yang menjadi korban, tetapi juga merusak nilai-nilai sportivitas dan persatuan yang seharusnya dijunjung tinggi. Reaksi tegas dari para korban, seperti tindakan simbolis Alves dan pernyataan vokal Lukaku, menjadi langkah penting untuk menyuarakan perjuangan melawan rasisme.

Namun, langkah individu tidak cukup untuk mengatasi masalah ini. Diperlukan tindakan kolektif dari federasi olahraga, klub, dan pihak penyelenggara untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar inklusif. Olahraga harus menjadi ruang bagi semua orang.

(sto)



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *